Sang Makhluk Jujur
Jadikanlah kebenaran sebagai tempat kembalimu, kejujuran sebagai tempat keberangkatanmu, sebab kebenaran adalah penolong paling kuat dan kejujuran adalah pendamping paling utama. (Anonim)
Dikisahkan dalam sebuah film lama seorang guru kungfu tengah berdialog dengan muridnya. “Suaramu senantiasa pecah ketika mengatakan bukan yang sebenarnya,” ujar sang guru. Si murid tak mampu berkata-kata karena menyadari kekeliruannya.
Lewat fragmen kisah di atas, kita diingatkan bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk yang
senantiasa jujur. Tubuh manusia sesungguhnya tak siap dan tak menginginkan ketidakjujuran.
Penelitian membuktikan bahwa ketika seseorang berbohong terjadi perubahan fisiologis pada tubuhnya. Beberapa perubahan tersebut adalah pola pernapasan, tekanan darah, dan detak jantung yang meningkat; perubahan elektrolit pada kulit yang menunjukkan adanya keringat atau tidak; serta perubahan nada suara.
Karena itulah ada alat yang dapat mendeteksi kebohongan atau lie detector. Seseorang diuji menggunakan alat itu maka akan diketahui apakah ia berbohong atau tidak melalui perubahan
fisiologis tersebut. Sebuah poligraph akan didapatkan saat menjawab ëyaí atau ëtidakí atas beberapa pertanyaan yang diajukan.
Sebagian besar manusia tidak menyadari hal tersebut di atas. Oleh karena itu masih banyak orang yang beranggapan bahwa jujur adalah hal yang sulit, sedangkan bohong adalah mudah. Banyak orang yang kerap menjadikan kebohongan sebagai senjata
untuk mencapai tujuan.
Jika kita memahami bahwa tubuh bereaksi terhadap tindakan dan ucapan yang mengandung
kebohongan, maka orang akan memilih tidak berbohong. Perubahan fisiologis yang disebutkan di atas, secara jelas menunjukkan bahwa manusia sesungguhnya merasa tersiksa dengan
kebohongannya itu.
Kejujuran adalah hukum alam sama seperti mengalirnya air dari atas gunung ke lautan. Ketika seseorang memaksakan kebohongan sama halnya dengan memaksakan air mengalir dari dataran
rendah ke dataran tinggi, perlu tenaga dan upaya yang besar. Ketika tenaga itu habis maka air akan kembali berbalik mengalir ke bawah.
Sesungguhnya manusia tidak cukup pandai untuk selalu konsisten dengan kebohongannya, bahkan seorang jenius sekalipun. Seringkali seseorang secara tanpa disengaja membuka
kebohongannya sendiri.
Seseorang tidak hanya terbebani saat mengucapkan kebohongan namun juga ia akan merasakan gelisah sepanjang hidupnya. Ia akan senantiasa dihantui perasaan cemas dan khawatir kebohongannya terbongkar.
Sulitnya ketidakjujuran tampak pada kenyataan bahwa tak ada kebohongan yang bisa berdiri
sendiri. Untuk mempertahankan satu kebohongan, seseorang harus melakukan kebohongan-kebohongan lainnya. Karena itu ada pepatah yang mengatakan bahwa sekali berbohong,
maka akan melahirkan seribu kebohongan lainnya.
Ketidakjujuran juga akan berakibat fatal. Seseorang yang terbongkar kebohongannya, terancam tidak akan dipercaya lagi. Lalu mengapa masih banyak yang tidak jujur, bukankah jujur
jauh lebih mudah dan memudahkan kehidupan?
Recent Comments