Piaget (1896 -1980) mengembangkan banyak Teori mengenai perkembangan manusia. Teorinya yang sangat terkenal salah satunya adalah mengenai Perkembangan Kognitif dan Teori Perkembangan Moral. Karakter adalah intelegensi yang dioperasikan oleh Moral.
Bahwa sebelum kita bisa memahami teori perkembangan kognitif tersebut, Piaget diantaranya memaparkan juga mengenai hakikat dari kecerdasan atau intelegensi. Ia pun menjelaskan mengenai hakikat dari Intelegensi, yaitu ada yang sifatnya operatif, dan figuratif.
Piaget menuliskan bahwa fungsi kognitif (berpikir/intelegensi) adalah untuk memahami realitas, dan fungsi Moralitas diperlukan untuk menghadapi realitas tersebut dan bertindak atas dasar moral tersebut.
Bagaimana Training ESQ bisa mentransformasi karakter seseorang? Karena di dalam training ESQ kita dihadapkan dengan fakta-fakta mengenai pertanyaan eksistensial dari semua umat manusia, yang menggugah kecerdasan kita. Dalam training ESQ juga kita diajarkan mengenai masalah utama manusia yang menghambat kecerdasannya, yaitu adanya 7 belenggu pemikiran. Setelah pemikiran kita dibebaskan dari 7 belenggu pemikiran tersebut, kita pun kemudian diperkenalkan dengan 6 prinsip untuk mengembangkan karakter kita dengan berdasar pada perkembangan emosional, dan perilaku kita dibentuk dengan 5 langkah untuk membangun kesuksesan.
Apakah realitas itu? Piaget memaparkan realitas sebagai suatu “sistem dinamis dari perubahan yang berlangsung secara terus menerus”. Ia pun membagi realitas ke dalam dua kondisi yang bisa mendefinisikan sistem yang dinamis. Secara spesifik ia memaparkan bahwa realitas melibatkan : 1) perubahan (transformasi) dan 2) keadaan (status). Yang dimaksud dengan transformasi adalah “seluruh model perubahan yang harus dialami seseorang”. Sedangkan keadaan atau status adalah “kondisi atau apa yang tampak tengah terjadi pada seseorang saat sedang bertransformasi”.
Contohnya, mungkin saja ada perubahan dalam segi bentuk, contohnya benda cair berubah bentuknya saat melewati suatu saluran yang berbeda-beda. Dan manusia juga memiliki kesamaan dalam hal perubahan karakteristik ini saat tumbuh dewasa. Bahwa karakter kita berkembang dan mengalir seperti air, yang menuju keseimbangan.
Perubahan terjadi dalam hal ukuran, atau perubahan penempatan, sebagaimana sebuah benda berubah posisinya dalam ruang dan waktu. Contohnya, seseorang atau sesuatu bisa berada di satu tempat di suatu saat, dan pada saat yang lain, ia bisa berada di tempat lain. Dalam hal ini, Piaget menyampaikan bahwa, intelegensi bersifat adaptif. Dan intelegensi bertanggung jawab untuk memahami atau merubah aspek- aspek dari realitas yang ada, dan bahwa 1) intelegensi figuratif bertanggung jawab untuk hadirnya aspek statis dari suatu kenyataan. Untuk memahami hal yang konstan diantara perubahan yang terjadi.
Sedangkan, intelegensi bersifat operatif, maksudnya adalah intelegensi bersifat aktif, melibatkan semua tindakan, apakah yang terlihat atau tak terlihat, yang dilakukan dalam rangka untuk mengikuti, menyelaraskan, atau mengantisipasi transformasi dari seseorang atau suatu benda.
Sedangkan, intelegensi figuratif kurang lebih adalah suatu keadaan yang lebih kurang statik mengenai suatu aspek dari intelegensi, yang melibatkan semua makna yang direpresentasikan yang hadir sebagai bentuk dari status apa yang ada dalam keadaan pemikiran kita (contohnya mengenai terjadinya perubahan bentuk, wujud, atau lokasi yang sedang kita pikirkan), yang ada diantara transformasi yang terjadi. Dan dalam hal ini kecerdasan figuratif melibatkan fungsi persepsi, imitasi, gambaran mental, gambar visual, dan bahasa.
Karena itulah, aspek figuratif dari intelegensi memperoleh makna dari aspek operasional dalam intelegensi, karena status atau keadaan tidak bisa hadir sendiri tanpa adanya transformasi yang menghubungkannya. Piaget menyatakan bahwa aspek figuratif atau aspek representasional dari intelegensi tergantung pada aspek dinamis dan operatifnya, dan karena itulah, pemahaman didapatkan dari aspek operatif dalam intelegensi kita.
Setiap waktu, intelegensi operatif mengkerangkakan pemahaman kita mengenai dunia, dan intelegensi kita akan berubah saat kita tidak dapat memahami transformsi yang terjadi. Piaget menyatakan bahwa proses pemahaman dan perubahan ini melibatkan dua fungsi, yaitu fungsi asimilasi, dan fungsi akomodasi.
Fungsi Asimilasi dan akomodasi dalam proses berpikir
Asimilasi yang dimaksud oleh Piaget adalah mengintegrasikan elemen eksternal ke dalam struktur dari kehidupan atau di suatu lingkungan, melalui pengalaman. Asimilasi didefiniskan sebagai suatu cara bagaimana manusia mempersepsi dan beradaptasi terhadap informasi baru yang masuk. Ini adalah suatu proses untuk memasangkan informasi baru ini dengan ide yang sudah ada sebelumnya. Asimilasi timbul saat kita berhadapan dengan informasi baru atau yang tidak biasa, dan membandingkan info tersebut dengan menjadikan informasi yang dipelajari sebelumnya sebagai acuan, untuk menemukan maknanya.
Sementara, akomodasi adalah proses mengambil informasi baru ke dalam lingkungan seseorang, dan meninggikan skema yang sudah ada untuk mencocokkannya dengan informasi baru. Hal ini terjadi saat skema pengetahuan yang dimiliki sebelumnya tidak bekerja, dan perlu dirubah agar bisa memahami obyek atau situasi yang baru.
Akomodasi sifatnya adalah imperatif, karena hal ini berkaitan dengan bagaimana kita akan terus berusaha menginterpretasi konsep baru, skema dan sudut pandang baru, dan seterusnya. Piaget percaya bahwa otak manusia telah mengalami pemrograman sepanjang evolusi untuk mendatangkan keseimbangan. Dan untuk mencapai keseimbangan inilah, terjadi perubahan pengarus yang bersifat absolut, melalui proses internal atau eksternal melalui asimilasi dan akomodasi.
Dalam pemahaman piaget ini, asimilasi tidak bisa terjadi tanpa akomodasi, dan merupakan dua sisi mata uang. Untuk mengasimilasikan obyek ke dalam skema mental sebelumnya, seseorang perlu untuk memperhitungan kedua hal ini dan mengakomodasi hasil perubahan ini untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Perkembangan kognitif yang terjadi ini, meningkatkan keseimbangan, atau equilibriasi diantara dua fungsi tersebut. Saat dalam keadaan seimbang, asimilasi dan akomodasi menumbuhkan skema mental dari intelegensi operatif. Saat salah satu fungsi lebih dominan, maka akan menghasilkan representasi pemikiran berupa intelegensi figuratif.
Dari teori Piaget diatas kita bisa memahami, bahwa Transformasi Karakter baru bisa terjadi setelah ada perubahan dalam tataran pemikiran. Dan transformasi ini terjadi dengan mempertimbangkan nilai moral yang terus berkembang, dari sejak seseorang tersebut masih kanak-kanak, hingga mencapai kebijaksanaan di masa dewasa. Dalam Training ESQ, kita bisa merasakan dampak yang mendalam melalui tayangan-tayangan audio visual dan games-games yang memicu pertumbuhan skema mental kita. Dampak yang mendalam dari Training ESQ ini kemudian akan mengembangkan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual kita dalam waktu yang cepat. Training ESQ tersedia untuk berbagai tahapan usia, dari mulai SD, remaja, mahasiswa dan dewasa. Untuk mendaftarkan diri anda dan keluarga, anda bisa mengunjungi situs kami untuk melihat jadwal Training Publik terbaru ESQ TRAINING
Writer : Gina
Salam,
Recent Comments